Korban Gempa Butuh Pemetaan Bukan hanya Solusi Pragmatis

Selasa, 1 Oktober 2024 - 09:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto ilustrasi Gempa (istimewa)

Foto ilustrasi Gempa (istimewa)

Oleh: Rismayanti (Aktivis Dakwah)

Bahu-membahu dalam penanganan bencana gempa bumi telah dilakukan Pemda Provinsi Jabar bersama BNPB, BPBD, dan TNI/Polri. Hal ini untuk memastikan masyarakat yang terdampak, mendapat kenyamanan dan keamanan pasca terjadinya peristiwa gempa bumi tektonik yang terjadi di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jumat (20/9/2024).

Berdasarkan data dari BPBD Jabar, di hari ketiga pasca gempa bumi tektonik di Kabupaten Bandung ada 34.000 warga dan 4.000 rumah yang terdampak, dengan korban luka berat 35 orang, luka ringan 85 orang, dan 2 orang meninggal dunia.

Fokus Pemprov beserta jajarannya dan komponen daerah adalah memastikan masyarakat yang terkena luka berat dan ringan mendapat penanganan yang baik dari tim medis. Begitupun dengan pengungsi di tenda-tenda diberikan fasilitas seperti dapur umum, sembari mempersiapkan proses rehabilitasi dan rekontruksi.(rejabar.republika.co.id, 21 September 2024).

Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang rawan bencana karena posisinya berada pada ‘ring of fire’. Sayangnya, pemerintah tidak melakukan mitigasi apapun terkait potensi bencana ini bahkan seringkali berlaku sebagai pemadam kebakaran saja dan seolah tutup mata. Mereka belum mampu sampai tahap memetakan mana daerah rawan gempa yang tidak layak dijadikan sebagai hunian agar tidak membahayakan masyarakat.

Sudah diketahui halayak umum bahwasannya Kertasari merupakan wilayah langganan gempa bumi. Wilayah ini termasuk wilayah dengan kontur tanah yang labil dan rentan terhadap guncangan, terlebih wilayah ini berada dekat episentrum gempa bumi Samudra Indonesia. Di samping itu, sejumlah jalur sesar juga dekat dengan Kertasari, seperti Sesar Garsela dan sesar yang berada di daerah Pangalengan.(detikjabar.com, 26 September 2024).

Dengan kondisi seperti ini, seharusnya pemerintah bersiap sedia melakukan edukasi dan mitigasi kepada masyarakat. Memang benar, gempa bumi adalah bencana yang tidak pernah bisa diprediksi kapan terjadinya. Namun, kita bisa melakukan upaya untuk meminimalisir korban dengan mitigasi yang maksimal sehingga ketika terjadi gempa, badan, jiwa, dan harta benda dapat selamat.

Saat ini, kebijakan pemerintah masih fokus pada pasca bencana namun tindakan preventif masih sangat minim. Padahal wilayah Indonesia terbukti berada di wilayah tiga patahan lempengan bumi yang berarti mitigasi bencana harus dilakukan semaksimal mungkin. Bisa kita lihat bahwa negara di sistem kapitalisme saat ini masih itung-itungan perihal memetakan dalam menyolusikan masalah gempa. Negara hanya melakukan solusi yang bersifat pragmatis semata karena selain biaya yang besar yang akan dikeluarkan, negara pun sering kali kalah bila berhadapan dengan kepentingan bisnis. Seakan lebih mementingkan segelintir orang dibandingkan urusan rakyat.

Inilah bukti sistem saat ini gagal dalam mengelola masyarakat. Penanganan yang tidak tuntas acapkali terjadi di sistem saat ini karena pola pikir mereka masih dilandasi dengan asas manfaat, belum sampai ke arah mensejahterakan rakyat apalagi menyejahterakan rakyat.

Berbeda halnya apabila kita lihat dari pandangan Islam. Dalam Islam, negara akan melakukan penanganan dalam berbagai aspek seperti preventif, mitigasi serta pasca bencana. Tidak fokus pada satu aspek saja.

Negara akan melakukan langkah preventif semaksimal mungkin, seperti mengerahkan para ahli untuk memetakan daerah rawan gempa yang ditindaklanjuti dengan meminta warga untuk pindah ke daerah aman.

Tidak hanya meminta warga pindah, negara juga mengatur warga sampai mendapatkan hunian yang layak. Negara juga akan menetapkan aturan yang harus dipatuhi dalam pendirian bangunan baik dari material pembangunan maupun pola rumah pemukiman sehingga bisa mencegah dampak bencana gempa.

Dari aspek pasca bencana pun negara sigap dalam penanganan korban baik dari segi medis, makanan, pakaian dll. Negara senantiasa menjadi garda terdepan untuk rakyatnya, karena memang seperti itulah seyogyanya negara dalam perspektif Islam.

Bencana bukan semata-mata takdir dari Allah SWT. Sesungguhnya, sunatullah berlangsung saat manusia lupa akan tugas-tugas kekhilafahan di muka bumi.

Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Ar-Rum:41

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt. ingin mengingatkan kepada manusia bahwa bencana yang terjadi di daratan di lautan adalah akibat dari ulah manusia. Bisa jadi semua ini teguran akibat dari tidak diterapkannya aturan Sang Ilahi di muka bumi.

Wallahualam bissawab.

Rekomendasi

UMKM Butuh Dukungan Riil Hadapi Produk Asing
Islam Punya Solusi Penting Atasi Stunting
Berita ini 4 kali dibaca

Rekomendasi

Minggu, 27 Oktober 2024 - 13:22 WIB

UMKM Butuh Dukungan Riil Hadapi Produk Asing

Selasa, 8 Oktober 2024 - 21:34 WIB

Islam Punya Solusi Penting Atasi Stunting

Selasa, 1 Oktober 2024 - 09:32 WIB

Korban Gempa Butuh Pemetaan Bukan hanya Solusi Pragmatis

Berita Terbaru

Pelaku Curanmor Tembak Polisi saat Aksinya Digagalkan. Foto: Tangkapan Layar /ist.

Megapolitan

Gagalkan Curanmor, 1 Anggota Polisi Tertembak di Cengkareng Jakbar

Jumat, 15 Nov 2024 - 17:40 WIB